Karya Indah

Kamis, 01 Oktober 2009

karya yang indah

Saya teringat dengan komentar yang bernada agak "sinis" yang keluar dari mulut seorang pengunjung saat menyaksikan karya Davy Linggar dalam sebuah pameran fotonya tahun 1999 lalu. Hal yang sama pun terjadi saat pameran fotografi karya-karya mahasiswa ISI Yogyakara di GFJA, yang bertajuk Revolution #9, yang menurut saya benar - benar sangat revolusi (sesuai dengan tajuknya) . ketidak biasaanya melihat karya-karya tadi ditengah karya-karya yang bisa dilihMenurut saya kata sinis tersebut harus keluar karena ia harus menikmati karya brillian tadi ditengah pengetahuannya selama ini bahwa karya foto harus selalu indah-indah, atau kata itu harus terlontar karena at yang selalu bernuansa indah, salonis dll.Kata sinis seharusnya tidak keluar jika kita menengok dan sadar inti dari penciptaan seni sendiri (yaitu ekspresi), maka kita akan paham dan harus mulai tidak bersikap menganak tirikan karya-karya tersebut. (Baca : Fotografi adalah seni). Dan sepanjang jalan sejarah fotografi diIndonesia belakangan ini sebelum dua pemeran yang saya sebutkan itu, telah banyak karya-karya yang mucul dengan nada-nada yang sama seperti itu, tentu kita tidak lupa dengan Arkeologi Abad Mesin karya Nico Dharmajungen yang menurut saya sangat brillian. Dan mendapat pujian diluar negeri.
Jika kita ingat dan sadari apa yang kita ekspresikan melalui karya-karya kita, maka karya tersebut akan bicara tentang manusia (si penciptanya) yang sedang menyampaikan sesuatu kepada dunia melalui karyanya.
Si pencipta berupaya menyimbolkan (dalam fotografi) & mentransformasikan (dalam seni rupa), tentang apa yang dirasakanya dalam dirinya (perasaan, kejiwaan,emosi dll) dan diluar dirinya (komunitas, sosial, budaya dll), yang semua itu dituangkannya kedalam media yang dipilihnya.
Dan kadang apabila ia berusaha untuk menjelaskan tentang segala sesuatu yang ada diluar dirinya ia akan cenderung mengunakan kajian atau presepsi dirinya sendiri untuk mentransformasikan atau menyimbolkan hal tersebut. Subyektif.